Rabu, 28 Desember 2011

Diare

disadur oleh : Ludger Sore, AMK



Diare
1.      Pengertian
Menurut Ngastiyah (1997), diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih dari tiga kali pada anak; konsistensi feses encer; dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan / tanpa darah dan / atau lendir dalam tinja (Mansja0er, dkk, 2000, h. 470).
Menurut Depkes RI (2001) Diare adalah berak lembek sampai encer (mencret) yang lebih dari biasanya (tiga kali atau lebih dalam sehari).
2.      Penyebab Diare
Rusepno (2002) membagi penyebab (etiologi) diare dalam beberapa faktor yaitu sebagai berikut :
a.      Faktor infeksi
1).   Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak.
Infeksi enteral ini meliputi :
a).    Infeksi bakteri yaitu disebabkan oleh beberapa jenis bakteri seperti Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
b).   Infeksi virus yaitu disebabkan oleh beberapa jenis virus antara lain Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
c).    Infeksi parasit yaitu disebabkan oleh beberapa golongan parasit seperti Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides);  protozoa (Entamoeba histolitica Giardia lamblia, Trichomonas hominis), Jamur (Candida albicans)
2).   Infeksi perenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti : Otitis Media Akut (OMA), Tonsillitis atau Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia atau Ensefalitis dan sebagainya.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak-anak berumur di bawah 2 tahun (Rusepno, 2002, h. 284).
b.     Faktor malabsorbsi
1).   Malabsorbsi karbohidrat yaitu disakarida (Intoleransi Laktosa, Maltosa dan Sukrosa); Monosakarida (Intoleransi Glukosa, Fruktosa dan Galaktosa).
Pada bayi dan anak terpenting dan tersering adalah karena adanya Intoleransi Lactosa.
2).   Malabsorbsi lemak
3).   Malabsorbsi protein
c.      Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan tertentu.
d.     Faktor psikologi
Rasa takut dan cemas. Walaupun jarang, dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.
3.      Patogenesis dan Patofisiologi Diare
a.      Patogenesis dan patofisiologis diare pada anak
1).   Patogenesis diare pada anak
Menurut Sunoto (1980, h. 54), secara garis besar, patogenesis diare pada anak dapat dibagi atas dua yaitu :
a).    Patogenesis diare akut
Diare akut ialah diare yang timbul pada anak yang sebelumnya kelihatan sehat dan tidak terdapat tanda-tanda adanya malnutrition, panas dan sebagainya.
Penyebab diare akut ini adalah sebagai berikut :
(1). Infeksi virus
Pada saat ini seluruh dunia telah percaya bahwa Rotavirus sebagai penyebab utama diare pada anak, walaupun mekanisme terjadinya belum banyak diketahui (Sunoto, 1980, h.55).
(2). Infeksi bakteri
Beberapa jenis bakteri yang terkenal dapat menyebabkan diare akut antara lain Vibrio sp. (Vibrio cholere, V. parahaemolyticus), Salmonella sp., Shigella sp., E.Coli sp., dan bakteri-bakteri apathogen bila jumlahnya berlebihan.
(3). Makanan
Makanan dapat pula menimbulkan diare pada anak. Hal ini dapat terjadi misalnya karena :
(a). Makanan basi
(b). Makanan terlalu banyak lemak (Sunoto, 1980,h.56)
(c). Makanan masih baru atau asing
(d). Makanan beracun atau kecampuran racun
(e). Makanan mengandung bakteri-bakteri beracun, seperti Clostridium botulinum, Staphylococcus, dan sebagainya.
Makanan–makanan diatas tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik akan banyak tertinggal di dalam lumen usus, menyebabkan peninggian tekanan osmotik, menyerap air dari intraseluler ke lumen usus dan akhirnya menyebabkan osmotic diarrhoea.
Makanan yang berlimpah di usus oleh bakteri akan dicerna dan dirubah mejadi bahan-bahan anorganik (H2O, H2, CO2, asam laktat, dan sebagainya) sehingga terjadilah meteorismus dan fermented diarhoea.
(4). Alergi
Alergi terhadap makanan dan susu dapat pula menimbulkan diare pada anak. Alergi susu biasanya terhadap susu binatang (sapi, kambing), jarang terjadi pada susu dari kacang kedeleai dan tidak pernah dijumpai pada air susu ibu (ASI).
Alergi ini biasanya akan menghilang setelah anak berumur 2 tahun. Muntah dan berak merupakan gejala tersering. Hal ini disebabkan karena adanya fraksi beta-lactoglobulin dari pada susu, yang merupakan antigen untuk badan. Sebagai akibatnya sel epitel mukosa usus akan mengadakan reaksi antigen antibodi, terjadi reaksi antigen antibodi, timbul kerusakan sel epitel mukosa dan hiperperistaltik daripada usus sehingga terjadilah diare.
Diare akan berhenti bila pemberian susu dihentikan dan timbul lagi bila susu tersebut diberikan kembali (Sunoto, 1980, h. 57).
b).   Patogenesis diare kronik
Patogenesis diare kronik lebih kompleks. Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare kronik. Faktor-faktor tersebut antara lain :
(1). Malnutrition
Akibat dari malnutrition akan terjadi atropi dari pada berbagai organ tubuh, antara lain mukosa lambung dan usus halus, hati dan pankreas. Selain itu dapat juga terjadi gangguan imunologik. Akibatnya daya tahan tubuh menurun dan mudah mendapat infeksi bakteri, parasit, jamur dan sebagainya (Sunoto, 1980, h. 58).
(2). Prematuritas
Pada prematuritas (persalinan sebelum waktunya) atau berat badan bayi waktu lahir rendah (< 2500 gram), semua fungsi organ tubuhnya termasuk usus, hati dan pankreas belum sempurna.
(3). Sindroma malabsorbsi
(4). Infeksi parasit
Parasit yang terkenal sering menimbulkan diare kronik ialah Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, Trichuris trichiura dan Candidiasis (Sunoto, 1980, h. 58).
(5). Infeksi bakteri
Bakteri yang telah resisten terhadap berbagai macam antibiotika, dan bakteri-bakteri yang tergolong komensal tetapi jumlahnya berlebihan dapat menyebabkan diare kronik.
(6). Alergi dan gangguan imunologi
Alergi terhadap makanan tertentu, misalnya terhadap susu sapi sering menyebabkan diare khronik selama pemberian susu diterapkan. Selain itu gangguan imunologik daripada alat pencernaan, menyebabkan tubuh tak dapat mengatasi infeksi oleh kuman, parasit dan jamur sehingga mudah terjadi gastroenteritis dan diare khronik.
(7). Etiologi gabungan
Penyebab diare khronik di Indonesia biasanya adalah multi kompleks, merupakan gabungan antara malnutrition, infeksi bakteri, parasit, sindroma malabsorbsi dan sebagainya. Jarang hanya disebabkan oleh satu faktor saja.
2).   Patofisiologi diare pada anak
Menurut Sunoto (1980, h, 59), sebagai akibat diare, baik yang akut maupun kronik, maka akan terjadi :
a).    Kehilangan air dan elektrolik (dehidrasi) dengan akibat terjadinya gangguan keseimbangan  asam basa.
(1). Concomittant Water Losses (CWL).
Concomittant Water Losses (CWL) ialah kehilangan air dan elektrolik melalui berak–berak dan muntah-muntah. Banyaknya kehilangan air dan dan elektrolik karena muntah dan berak tergantung pada banyaknya tinja yang keluar dan komposisi dari ada elektrolik dalam tinja penderita dengan gastroenteritis dan cholera (Sunoto, 1980, h. 60).
(2). Previous Water Losses (PML).
Previous Water Losses (PML) ialah jumlah kehilangan air dan elektrolit (cummulative losses deficit) pada waktu masuk rumah sakit dengan dehidrasi berat.
(3). Normal Water Losses (NWL).
Normal Water Losses (NWL) ialah kehilangan air dan elektrolit melalui pernafasan, keringat dan urine. Panas yang tinggi dan pernafasan yang cepat akan memperbanyak kehilangan air dan elektrolik terutama Natrium.
(4). Intake yang kurang.
Pada panyakit gastroenteritis dan cholera yang disertai dengan muntah-muntah, secara praktis intake per os tidak dapat diberikan lebih-lebih ditambah dengan kebiasaan dari pada orang tua yang takut memberikan minum pada anaknya yang menderita berak-berak atau muntah-muntah, karena beranggapan hanya akan menambah beratnya berak dan muntah saja (Sunoto, 1980, h.61).
b).   Gangguan gizi  sebagai akibat kelaparan (intake kurang atau kelaparan)
Gangguan gizi terjadi sebagai akibat berak-berak dan atau muntah-muntah, ditambah dengan anorexia dan dihentikannya pemberian makan per os. Seandainya makanan tetap diberikan kepada penderita, makanan ini biasanya tidak akan diabsorbsi dengan baik karena adanya gangguan fungsi usus dan adanya kerusakan mukosa usus, bahkan pemberian makanan, terutama susu hanya akan memperberat diarenya (Sunoto, 1980, h. 6 1).
c).    Hipoglikemi.
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari pada anak-anak yang penderita diare baik oleh karena cholera maupun non cholera. Lebih sering terjadi pada penderita yang sebelumnya telah menderita malnutrition (Sunoto, 1980, h. 62) 
d).   Gangguan sirkulasi darah
Sebagai akibat berak-berak dan atau muntah-muntah badan akan kehilangan cairan dalam waktu yang singkat. Bila kehilangan cairan ini lebih daripada 10 % berat badannya, akan terjadi gangguan sirkulasi penderita dapat berada dalam keadaan pre-shock atau shock.
b.      Patogenesis dan patofisiologis diare pada dewasa
1).   Patogenesis diare pada dewasa
Menurut Nelwan dan Soemarsono (1980, h. 70), patogenesis diare tergantung sepenuhnya pada kausa diare. Pada hakekatnya mekanisme terjadinya diare dapat bertitik tolak dari aneka ragam penyebabnya sehingga patogenesis diare dengan sendirinya beraneka ragam pula.
Pengelompokkan penyebab diare pada orang dewasa adalah sebagai berikut :
a).    Patogenesis diare pada infeksi traktus intestin.
Faktor-faktor yang mempengaruhi patogenesis yang terdapat pada mikroorganisme antara lain daya penetrasi yang berarti merupakan sel-sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus halus serta daya lekat kuman dimana kuman tersebut dapat membentuk koloni-koloni yang dalam beberapa hal perlu untuk induksi diare.
Infeksi bakteri dalam keadaan patologis yang disebabkan diare dapat dibagi dalam dua jenis. Pada jenis pertama tidak terjadi kerusakan atau peradangan pada selaput usus sedangkan pada jenis kedua disertai penyerangan, peradangan dan kerusakan mukosa usus. Contoh klasik untuk jenis infeksi yang pertama adalah Cholera eltor (Nelwan dan Soemarsono, 1980, h. 71).
b).   Patogenesis pada kelainan metabolik endokrin
Suatu keadaan klinik yang bernaung dibawa kelainan enteropati diabetika didapatkan pada penderita diabetes yang sudah berlangsung lama. Syaraf-syaraf otonom viselar mengalami proses demyeliminasi dan bila diabetes berlangsung lama dan tidak terkontrol dengan baik kerusakan dapat menjalar ke akson bila akson rusak maka neoropati menjadi irreversibel. Disfungsi saraf otonom menyebabkan peristaltik usus tidak teratur atau menurun dan retensi makanan memudahkan timbulnya infeksi sekunder yang dapat menyebabkan diare. Diare biasa terjadi intermittion pada malam hari dapat mencapai  10 – 20 kali sehari (Nelwan dan Soemarsono, 1980, h. 73).
c).    Patogenesis pada diare Iatrogen.
Penggunaan dan penyalahgunaan obat-obatan merupakan sebab utama dari diare iatrogen. Ion-ion anorganik yang hampir tidak diabsorbsi misalnya magnesium akan dapat menahan air di dalam lumen dan menyebabkan apa yang di kenal dengan diare osmotik. Obat-obatan yang sering digunakan sehari-hari dan dapat menyebabkan diare sebagai efek sampingan seperti PAS, Digitalis dan Reserpin, disangka disebabkan karena defisiensi disakharidose (Nelwan dan Soemarsono, 1980, h. 73).           
d).   Patogenesis diare pada Neoplasma
Kholera pankreas atau sindroma WDHA ditandai oleh diare yang hebat (dapat mencapai 5 liter/hari). Diare ini tenyata berhubungan erat dengan hormon Vasoaktif Intestinal Peptida (VIP) yang merupakan suatu vasodilatator yang potensial dan dapat menyebabkan secara intraluminal yang berlebihan sehingga dapat mengakibatkan suatu sindroma diare.
e).    Patogenesis diare pada Radiasi
Radiasi di daerah abdominal dapat memberikan efek-efek terhadap traktus intestin yang dapat memegang peranan dalam terjadinya diare (Nelwan dan Soemarsono, 1980, h. 74).
f).    Sequale Postoperasi
Gastrektomi, vagotomi, pyloroplastik dan operasi lainnya dari traktus intestin merupakan keadaan dimana dapat terjadi gangguan diare. Faktor lain yang mungkin memegang peranan besar dalam diare post operasi adalah cepat lajunya gerakan bolus makanan dalam traktus intestin (Nelwan dan Soemarsono, 1980, h. 74).
g).   Patogenesis diare pada kelainan kardiovaskuler
Pada setiap kelainan jantung yang menyebabkan dekompensasi dimana terdapat bendungan aliran darah retrograd, juga akan menyebabkan edema dinding saluran intestin. Di lain pihak, suatu ischemia terutama di usus besar dapat menyebabkan diare yang tiba-tiba. Nekrosis pada bagian tertentu dari kolon dapat menyebabkan diare campur darah hitam kental (Nelwan dan Soemarsono, 1980, h. 75).
h).   Patogenesis diare pada kelainan Immnologis
Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan diare antara lain diduga berhubungan erat dengan suatu kelainan immunologik (Nelwan dan Soemarsono, 1980, h. 75).
i).     Patogenesis pada diare Psikoneorogen
Diare berdasarkan pada kelainan psikogen baru dapat ditemukan setelah semua penyakit-penyakit yang lain dapat disingkirkan. Kejadian yang menyebabkan ketegangan atau gangguan emosi dalam hal ini merangsang secara berlebihan pusat-pusat parasimpatis di hipotalamus, yang mengakibatkan frekwensi otot-otot polos saluran intestin lebih cepat. Waktu lintas khim lebih cepat sehingga dapat terjadi diare.
2).   Patofisiologi diare pada orang dewasa
Menurut Nelwan dan Soemarsono (1980, h. 76), dalam keadaan normal dimana saluran pencernaan berfungsi efektif akan menghasilkan ampas tinja berbentuk lunak sebanyak 100-200 gram sehari, dan 60-85 % dari tinja tersebut merupakan air.
Berdasarkan fungsi fisiologis traktus intestin yang terganggu dan sebagai supplemen terhadap pembagian diare menurut kausanya, maka patofisiologi diare dapat dibagi menjadi tiga macam kelainan pokok yaitu :
a).    Kelainan tekanan osmotik dalam lumen usus
b).   Kelainan dalam pergerakan elektrolit dan air
c).    Kelainan pada cepat laju bulus makanan di dalam lumen usus
c.      Pencegahan penyakit diare
Menurut Sukarni (1994), pencegahan diare dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan yaitu air, saluran pembuangan, pembuangan kotoran dan perilaku hidup bersih dan sehat, menyediakan paket oralit yang mengandung 3,5 gram NaCL (garam dapur), 2,5 gram NaHCO3 dan 1,5 gram KCL serta glukosa 20 gram dilaritkan dalam 1 liter air matang atau teh.
Cara membuat larutan gula garam :
a).   Sediakan satu gelas air hangat yang sudah mendidih.
b).   Masukkan satu sendok teh gula pasir
c).   Masukkan sepucuk sendok garam dapur
d).  Aduklah baik-baik sampai larut
e).   Larutan gula garam (LGG) siap untuk diberikan.
Secepatnya dibawah ke Rumah Sakit atau Puskesmas, lebih-lebih apabila timbul gejalah sebagai berikut :
a).    Tidak dapat atau tidak mau minum
b).   Muntah terus menerus
c).    Tidak kencing selama 6 jam
d).   Buang air terus menerus
e).    Tinja bercampur darah
f).    Menceret terus lebih dari 2 hari

4.      Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Insiden Diare
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor sebagai berikut :
a.    Faktor infeksi
Terbagi menjadi infeksi internal yang terjadi pada saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama terjadinya diare pada anak yang meliputi infeksi internal seperti : infeksi bakteri (vibrio, E. coli, salmonella, shigella, campilobacter, yersinia, aeromonas) infeksi virus (enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus), infeksi parasit (cacing, protozoa, jamur).
b.    Faktor malabsorbsi
Antara lain malabsorbsi karbohidrat, lemak, protein.
c.    Faktor gizi
Makin buruk gizi seorang anak, ternyata makin banyak episode diare yang dialaminya. Seseorang anak dengan gizi yang baik pertahanan tubuhnya terhadap penyakit semakin kuat.
Pada penderita kurang gizi, diare memperburuk keadaan karena makanan hilang dari tubuh saat diare dan penderita diare biasanya tidak merasa lapar. Hal tersebut dapat memperburuk penderita yang sudah kurang gizi.
d.   Faktor makanan
Dapat disebabkan karena makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (Ngastiyah,  1997,h.144).
e.    Lingkungan
Diare dapat disebabkan oleh kurangnya kebersihan lingkungan yang menyangkut sarana penyediaan bersih, JAGA, sampah dan SPAL (Pranjoto, 1979, h. 146). Salah satu usaha pemerintah dalam mencegah penyakit diare adalah dengan melakukan perbaika hygiene lingkungan melalui program SAMIJAGA (Sarana Air Minum dan Jamban Keluarga) (Tumbelaka, 1979, h. 39).
f.     Perilaku
Perilaku kesehatan atau Health Behavior adalah perilaku manusia yang akan mempengaruhi status kesehatan baik perseorangan maupun masyarakat. Jika masyarakat menerapkan kebiasaan hidup sehat terutama kebiasaan hidup bersih baik kebersihan pribadi maupun kebersihan lingkungan, maka penyakit diare dapat dicegah (Pranjoto, 1979, h. 146).
g.    Sosial ekonomi
Hal ini mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor-faktor penyebab  diare. Kebanyakan anak yang menderita diare berasal dari keluarga besar. Oleh karena itu, salah satu usaha pencegahan penyakit diare di Indonesia adalah perbaikan di bidang sosial-ekonomi (Tumbelaka, 1979, h. 37).
Menurut Tumbelaka (2002, h. 37), faktor pencetus penyakit diare adalah sebagai berikut:
1).   Penyakit infeksi enternal dan parenteral
2).   Hygiene lingkungan dan perseorangan yang masih kurang
3).   Frekuensi malabosrbsi yang tinggi
4).   Pendidikan rakyat yang kurang
5).   Iklim yang panas dan lembab
6).   Jumlah anggota keluarga yang besar.
B.     Hubungan Gizi dengan Kesehatan
Defiensi gizi seringkali dihubungkan dengan infeksi. Infeksi bisa berhubungan dengan gangguan gizi melalui beberapa cara yaitu mempengaruhi nafsu makan, dapat juga menyebabkan kehilangan bahan makanan karena diare / muntah-muntah atau mempengaruhi metabolisme makanan. Defiensi gizi merupakan awal dari gangguan sistem kekebalan. Gizi kurang dan infeksi dapat bermula dari kemiskinan dan kondisi lingkungan yang tidak sehat atau sanitasi lingkungan yang buruk Infeksi akan menghambat reaksi imunologis yang normal dengan menghabiskan sumber-sumber energi di tubuh (Santoso dan Ranti, 1999, h. 82).
Gizi kurang akan menghambat reaksi imunologis dan berhubungan dengan tingginya prevalensi dan beratnya penyakit infeksi. Infeksi sendiri mengakibatkan si penderita kehilangan bahan makanan melalui muntah-muntah dan diare. Selain itu juga penghancuran jaringan tubuh akan meningkat, karena dipakai untuk pembentukan protein atau enzim-enzim yang diperlukan dalam usaha pertahanan tubuh (Santoso dan Ranti, 1999, h. 83).
Gangguan gizi dan infeksi sering saling bekerjasama. Infeksi memperburuk taraf gizi dan sebaliknya gangguan gizi memperburuk kemampuan anak untuk mengatasi penyakit infeksi. Kuman-kuman yang kurang berbahaya bagi anak-anak dengan gizi baik, bisa menyebabkan pada anak-anak dengan gizi buruk. Salah satu hal yang sering dialami oleh anak adalah diare. Diare merupakan gejala penyakit yang penting dan berbahaya karena dapat menyebabkan kematian pada anak kecil terutama bila penderita kurang gizi. Pada anak-anak, penurunan taraf gizi selain disebabkan karena kebiasaan menghentikan makanan sewaktu sakit diare atau karena tidak ada nafsu makan sewaktu sakit dan gangguan absorbsi makanan selama diare (Santoso dan Ranti, 1999, h. 84).
C.    Sarana Kesehatan Lingkungan
1.      Sarana Air bersih
Sarana air bersih khususnya sumur gali yang digunakan harus memenuhi persyaratan kesehatan terutama dari segi konstruksinya. Jika konstruksi fisik sumur gali tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan maka akan sangat mempengaruhi kualitas air sumur gali tersebut. Apabila kualitas air sumur gali tersebut tidak memenuhi syarat terutama syarat bakteriologi, maka akan  menimbulkan gangguan pada sistem pencernaan.
Menurut Sugiarto (1985,h.4), untuk menjaga agar penyakit, baik yang disebabkan oleh benda yang berada di dalam air maupun zat-zat lain yang ada di dalam air maka kita perlu mengetahui persyaratan air yang sehat ditinjau dari segi kesehatan.
Pada umumnya air baik air bersih maupun air minum dikatakan telah memenuhi syarat apabila telah memenuhi syarat utama yaitu :
a.      Syarat kuantitatif
Syarat kuantitatif artinya bahwa air tersebut telah mencukupi sesuai dengan kebutuhan sehari-hari dalam hal ini banyaknya air ditentukan / sejalan dengan tingkat kehidupan dari masyarakat tersebut.
b.     Syarat kualitatif
Syarat kualitatif artinya selain jumlah yang cukup maka dari segi kualitas juga perlu dipertimbangkan yaitu yang meliputi :
1).   Syarat fisik
Syarat fisik dari air adalah tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
2).   Syarat Kimia
Syarat kimia dari air adalah tidak terdapat zat-zat beracun, tidak terdapat zat-zat yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, tidak mengandung zat-zat yang melebihi kadar tertentu sehingga menimbulkan gangguan teknis dan tidak boleh mengandung zat kimia tertentu sehingga menimbulkan gangguan ekonomis.
3).   Syarat Bakteriologi
Syarat bakteriologi dari air adalah tidak boleh mengandung kuman pathogen penyebab penyakit terutama dari golongan Coli (E. Coli dan Total Coliform).
Menurut Indan Entjang (2000, h. 78) sebuah sumur gali yang bauk harus memenuhi syarat-syarat :
a.      Syarat lokalisasi
1)      Jarak sumur dengan kakus, lubang sampah, lubang peresapan air limbah dan sumber-sumber pengotoran lainnya tidak kurang dari 10 meter.
2)      Tidak dibuat di tanah rendah yang mungkin terendam bila banjir (hujan).
b.     Syarat konstruksi
1)      Dinding sumur 3 meter dalamnya dari permukaan tanah dibuat kedap air (disemen) agar tidak terjadi perembesan air karena tanah mengandung bakteri (bakteri hanya dapat hidup di lapisan tanah sampai 3 meter di bawah tanah).
2)      1,5 meter dinding berikutnya (sbelah bawahnya) di buat dari bata yang tidak ditembok untuk bidang perembesan dan agar bila ditimbah dinding sumur tidak runtuh.
3)      Di atas tanah dibuat dinding tembok yang kedap air, setinggi minimal 70 cm untuk mencegah pengotoran dari air permukaan.
4)      Lantai sumur di buat dari bahan kedap air (disemen) ± 1,5 meter lebarnya dari dinding sumur, dibuat miring dengan ketinggian 20 cm di atas permukaan tanah dan bentuknya bulat atau segi empat.
5)      Dasar sumur diberi kerikil agar airnya tidak keruh bila ditimbah.
6)      Saluran pembuangan air limbah dari sekitar sumur dibuat dari tembok yang kedap air dan panjangnya minimal 10 meter.
2.      Jamban
Setiap rumah khususnya untuk satu kepala keluarga harus memiliki satu jamban. Ada tidaknya jamban akan sangat mempengaruhi tingginya angka kesakitan  diare, karena apabila sebuah rumah tidak memiliki jamban maka lokasi yang digunakan sebagai tempat untuk membuang air besar dan air kecil adalah halaman di sekitar rumah. Jika tempat membuang kotoran tersebut dekat dengan sumber air minum yang ada, maka tentu saja akan mengkontaminasi air, sehingga menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan (diare) pada masyarakat yang mengkonsumsi air tersebut. Dan juga apabila tinja tersebut dihinggapi lalat yang terkontaminasi oleh kuman penyebab penyakit diare kemudian hinggap pada makanan maka tentu saja akan menyebabkan diare pada masyarakat yang mengkonsumsi makanan tersebut.
Menurut Notoatmodjo (1997, h. 160), sebuah jamban disebut sehat apabila memenuhi persyaratan-persyaratn sebagai berikut sebagai berikut :
a.      Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.
b.     Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya
c.      Tidak mengotori air tanah di sekitarnya
d.     Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoak
e.      Tidak menimbulkan bau
f.      Mudah digunakan dan dipelihara
g.     Sederhana desainnya
h.     Murah
i.       Dapat diterima oleh pemakainya.
Agar persyaratan-persyaratan diatas dapat terpenuhi, maka untuk sebuah bangunan jamban harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu antara lain :
a.      Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang lain, terlindung dari pandangan orang, dan sebagainya.
b.     Bangunan jamban sebaikya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat dan sebagainya
c.      Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau, dan sebagainya
d.     Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih.
Selain persyaratan diatas, sebuah jamban harus memenuhi persyaratan minimal yaitu :
a.      Letak lubang jamban  minimal 10 meter dari sumber air.
b.     Tidak menjadi sarang serangga seperti nyamuk, kecoa dan lalat.
c.      Jamban plengsengan dan cemplung harus dilengkapi dengan penutup lubang jamban.
d.     Cukup lubang angin (ventilasi)
e.      Cukup terang
f.      Selalu dibersihkan agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap (Depkes RI, 1987, h. 35).
3.      Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Saluran Pembuangan Air Limbah adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang air buangan dari kamar mandi, tempat cuci, dapur tetapi bukan dari kakus atau jamban.
Apabila keadaan SPAL tidak memenuhi syarat, maka akan mengkontaminasi sumber air yang ada dan makanan sehingga menyebabkan gangguan kesehatan terutama gangguan pada sistem pencernaan (diare) bagi masyarakat yang mengkonsumsi air dan makanan tersebut.
Menurut Notoatmodjo (2003), air limbah  jika tidak diolah akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan baik bagi masyarakat maupun lingkungan hidup, anatara lain :
a.      Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, terutama ; Diare, Kholera, Typhus abdominalis dan Disentri baciler.
b.     Menjadi media berkembangbiaknya mikroorganisme pathogen.
c.      Menjadi tempat-tempat berkembangbiaknya nyamuk atau tempat hidup larva nyamuk.
d.     Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap.
e.      Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah dan lingkungan hidup lainnya.
f.      Mengurangi produktifitas manusia, karena orang bekerja dengan tidak nyaman, dan sebagainya  (Notoatmodjo, 2003, h. 172).
Untuk mencegah atau mengurangi akibat-akibat buruk tersebut diatas maka, sebuah sarana pembuangan air limbah harus memenuhi syarat-syarat kesehatan sebagai berikut :
a.      Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber air minum.
b.     Tidak mengakibatkan pencemaran terhadap permukaan tanah.
c.      Tidak menyebabkan pencemaran pada air untuk mandi, perikanan, air sungai, atau tempat-tempat rekreasi.
d.     Tidak dapat dihinggapi serangga dan tikus dan tidak menjadi tempat berkembangbiaknya berbagai bibit penyakit dan vektor.
e.      Tidak terbuka kena udara luar (jika tidak diolah)serta tidak dapat di capai oleh anak-anak.
f.      Baunya tidak mengganggu (Notoatmodjo, 2003, h. 172)
g.     Harus ditutup agar tidak menimbulkan kecelakaan
h.     Tidak mengganggu pemandangan (Depkes RI, 1987, h. 45)
i.       Memiliki kemiringan minimal 2 % ke arah bak peresapan
j.       Saluran pembuangan air limbah harus kedap air
k.     Harus ada bak peresapan baik permanen maupun non  permanen yang memiliki penutup
l.       Jarak bak peresapan air limbah dengan sarana air bersih yang ada minimal 10 meter.
D.    Perilaku
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan salah satu kebiasaan hidup yang berkaitan erat dengan higiene seseorang karena dapat menjadi salah satu bagian penting dalam penularan penyakit terutama penyakit diare. Jika masyarakat dapat mengubah beberapa kebiasaan tertentu seperti : mencuci tangan dengan sabun setiap selesai buang air  besar dan sebelum makan pasti diare dapat dicegah penularannya.
Menurut Notoatmodjo (1997, h, 120), perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan.
Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu sebagai berikut :
1.      Perilaku pemeliharaan kesehatan
Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2.      Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri sampai mencari pengobatan keluar negeri (Notoatmodjo, 2003, h. 118).
3.      Perilaku kesehatan lingkungan
Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakatnya. Misalnya bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003, h. 118).
Dalam pendidikan kesehatan mengenali hal apa saja yang menjadi penyebab, cara penyelesaian atau pencegahan timbulnya suatu masalah atau penyakit dan cara pengobatannya seperti penyakit diare sangatlah penting.
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit umum dari banyak penyakit yang diakibatkan oleh sanitasi lingkungan dan perilaku yang buruk dari masyarakat. Keadaan ini dapat menjadi gawat kalau yang terkena balita karena daya tahan tubuh balita masih belum kuat.
Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah diare adalah sebagai berikut :
a.      Menutup makanan dengan tudung saji, agar lalat tidak hinggap di makanan.
b.      Mencuci tangan dengan sabun setelah Buang Air Besar (BAB), untuk mematikan kuman penyebab diare yang mengkontaminasi tangan.
c.      Mencuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan, menghidangkan dan makan, agar kuman yang mengontaminasi tangan mati sehingga tidak terikut pada makanan.
d.     Menggunakan sumber air bersih untuk mencuci dan mengolah makanan, agar kuman penyebab diare yang ada pada air tidak mengkontaminasi makanan.
e.      Merebus air sampai mendidih untuk diminum, untuk mematikan kuman penyebab diare yang ada di dalam air.
f.       Mencuci bahan makanan dengan air bersih, agar kuman penyebab diare yang ada di dalam air tidak mengkontaminasi makanan..
g.      Pemeliharaan sumber air minum, agar tidak terkontaminasi oleh kuman penyebab diare.
h.      Memberikan ASI, untuk pertahanan tubuh anak terhadap penyakit dan karena ASI bersih serta terlindung bila dibandingkan dengan susu buatan pabrik.
i.        Membuang tinja di jamban, agar tidak mengkontaminasi sumber air minum yang ada dan tidak dihinggapi lalat (Depkes RI, 2001, h. 7).
Menurut Mansjoer, dkk (2000, h.472 ) tiga cara dasar terapi diare di rumah adalah sebagai berikut :     
a.      Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah diare
1).   Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti cairan oralit yang mengandung 3,5 gram NaCL (garam dapur), 2,5 gram NaHCO3 dan 1,5 gram KCL serta glukosa 20 gram dilarutkan dalam 1 liter air matang atau teh. Atau secara praktis dicampurkan gula 1 sendok teh (± 5 gram) dan sedikit garam (± 1 gram) dan air matang 1 gelas.
Cara membuat larutan gula garam :
a).    Sediakan satu gelas air hangat yang sudah mendidih.
b).   Masukkan satu sendok teh gula pasir
c).    Masukkan sepucuk sendok garam dapur
d).   Aduklah baik-baik sampai larut
e).    Larutan gula garam (LGG) siap untuk diberikan.
Selain itu dapat diberikan  makanan cair (sup, minuman youghurt) atau air matang.
2).   Berikan larutan ini sebanyak anak mau.
3).   Teruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti.
b.      Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi
1).   Teruskan ASI atau susu yang biasa diberikan
2).   Untuk anak < 6 bulan dan belum mendapat makanan padat dapat diberikan susu yang dicairkan dengan air sebanding selama 2 hari (Mansjoer, 2000, h. 472).
3).   Bila anak > 6 bulan atau telah mendapat makanan padat :
a).    Berikan bubur atau campuran tepung lainnya, bila mungkin dicampur dengan kacang-kacangan, sayur, daging atau ikan, tambahkan 1 atau 2 sendok the minyak sayur tiap porsi.
b).   Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk menambah kalium
c).    Berikan makanan yang segar, masak dan haluskan atau tumbuk dengan baik
d).   Dorong anak untuk makan, berikan makanan sedikitnya 6 kali sehari.
e).    Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti dan berikan makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu.
c.      Bawa anak kepada petugas bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita sebagai berikut :
1).   Seringkali buang air besar cair
2).   Muntah berulang-ulang
3).   Sangat haus sekali
4).   Makan atau minum sedikit
5).   Demam
6).   Tinja berdarah (Mansjoer, dkk, 2000, h. 473)




DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 1997,  Prosedur Penelitian, Jakarta : Penerbit Rineka Cipta
Brotowasisto, 1979, Diare, Jakarta : Dirjen P3M, Depkes RI
……, 1997, Monitoring Dan Evaluasi Perubahan Perilaku Dan Kualitas Air, Kupang : Dinkes Kota Kupang
……., 1999, Petunjuk Pelaksanaan Proyek Pemeberantasan Penyakit Menular, Peningkatan Kesehatan Lingkungan dan Pemukiman, Penyediaan dan Pengawasan Air Bersih, Jakarta : Dirjen P2M & PLP
........, 2001, Tatalaksana Kasus Diare Bermasalah, Jakarta ; Dirjen P2M & PLP
Depkes RI, 1990, Pendidikan Kesehatan Masyarakat, Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
................, 2001, Panduan Konseling Bagi Petugas Klinik Sanitasi Di Puskesmas, , Jakarta : Dirjen P2M & PLP
Mansjoer, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Fakultas Kedokteran UI
Markum, A. H, 1991, Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta : Fakultas Kedokteran UI
Mukono, H. J, 2002, Epidemiologi Lingkungan, Surabaya : Airlangga University Press
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran UI
Notoatmodjo, Soekidjo, 1997, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta : Penerbit Rineka Cipta
....................................., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Penerbit Rineka Cipta
...................................., 2003, Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : Penerbit Rineka Cipta
Rusepno, 2002, Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran UI
Santoso, Soegeng dan Anne Ranti 1999, Kesehatan dan Gizi, Jakarta : Rineka Cipta
Sugiharto, 1995, Penyediaan Air Bersih Bagi Masyarakat, Tanjung Karang : SPPH
Sukarni, Mariyati, 1994, Kesehatan Keluarga & Lingkungan, Yogyakarta : Kanisius  

1 komentar:

  1. Ada Obat Herbal Alami yang aman & efektif. Untuk Panggilan Cure Total +2349010754824, atau email dia drrealakhigbe@gmail.com Untuk Janji dengan (Dr.) AKHIGBE hubungi dia. Pengobatan dengan Obat Herbal Alami. Untuk: Demam Berdarah, Malaria. Menstruasi yang Nyeri atau Tidak Teratur. HIV / Aids. Penderita diabetes. Infeksi vagina. Keputihan Vagina. Gatal Dari Bagian Pribadi. Infeksi payudara. Debit dari Payudara. Nyeri & Gatal pada Payudara. Nyeri perut bagian bawah. Tidak Ada Periode atau Periode Tiba-tiba Berhenti. Masalah Seksual Wanita. Penyakit Kronis Tekanan Darah Tinggi. Rasa sakit saat berhubungan seks di dalam Pelvis. Nyeri saat buang air kecil. Penyakit Radang Panggul, (PID). Menetes Sperma dari Vagina Serta Untuk jumlah sperma rendah. Penyakit Parkinson. Lupus. Kanker. TBC Jumlah sperma nol. Bakteri Diare.Herpatitis A&B, Rabies. Asma. Ejakulasi cepat. Batu empedu, Ejakulasi Dini. Herpes. Nyeri sendi. Pukulan. Ereksi yang lemah. Erysipelas, Tiroid, Debit dari Penis. HPV. Hepatitis A dan B. STD. Staphylococcus + Gonorrhea + Sifilis. Penyakit jantung. Pile-Hemorrhoid. Rematik, tiroid, Autisme, pembesaran Penis, Pinggang & Nyeri Punggung. Infertilitas Pria dan Infertilitas Wanita. Dll. Ambil Tindakan Sekarang. hubungi dia & Pesan untuk Pengobatan Herbal Alami Anda: +2349010754824 dan kirimkan email ke drrealakhigbe@gmail.com Catatan Untuk Pengangkatan dengan (Dr.) AKHIGBE. Saya menderita kanker selama setahun dan tiga bulan meninggal karena sakit dan penuh patah hati. Suatu hari saya mencari melalui internet dan saya menemukan kesaksian penyembuhan herpes oleh dokter Akhigbe. Jadi saya menghubungi dia untuk mencoba keberuntungan saya, kami berbicara dan dia mengirimi saya obat melalui jasa kurir dan dengan instruksi tentang cara meminumnya. . Saya tidak benar-benar tahu bagaimana itu terjadi tetapi ada kekuatan dalam pengobatan herbal Dr Akhigbe. Dia adalah dokter jamu yang baik.

    BalasHapus