1.
Pengertian
Menurut Ngastiyah (1997), diare adalah keadaan frekuensi
buang air besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih dari tiga kali pada
anak; konsistensi feses encer; dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur
lendir dan darah atau lendir saja.
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari
dengan / tanpa darah dan / atau lendir dalam tinja (Mansja0er, dkk, 2000, h.
470).
Menurut Depkes RI (2001) Diare adalah berak lembek sampai encer
(mencret) yang lebih dari biasanya (tiga kali atau lebih dalam sehari).
2.
Penyebab Diare
Rusepno (2002) membagi penyebab (etiologi) diare dalam
beberapa faktor yaitu sebagai berikut :
a.
Faktor infeksi
1).
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan makanan
yang merupakan penyebab utama diare pada anak.
Infeksi enteral ini meliputi :
a).
Infeksi bakteri yaitu disebabkan oleh beberapa jenis
bakteri seperti Vibrio, E. Coli,
Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas dan sebagainya.
b).
Infeksi virus yaitu disebabkan oleh beberapa jenis
virus antara lain Enterovirus (virus
ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan
lain-lain.
c). Infeksi
parasit yaitu disebabkan oleh beberapa golongan parasit seperti Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Strongyloides); protozoa (Entamoeba
histolitica Giardia lamblia, Trichomonas hominis), Jamur (Candida albicans)
2).
Infeksi perenteral ialah infeksi di luar alat
pencernaan makanan seperti : Otitis Media
Akut (OMA), Tonsillitis atau Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia atau
Ensefalitis dan sebagainya.
Keadaan
ini terutama terdapat pada bayi dan anak-anak berumur di bawah 2 tahun
(Rusepno, 2002, h. 284).
b.
Faktor malabsorbsi
1).
Malabsorbsi karbohidrat yaitu disakarida (Intoleransi
Laktosa, Maltosa dan Sukrosa); Monosakarida (Intoleransi Glukosa, Fruktosa dan
Galaktosa).
Pada
bayi dan anak terpenting dan tersering adalah karena adanya Intoleransi
Lactosa.
2).
Malabsorbsi lemak
3).
Malabsorbsi protein
c.
Faktor makanan
Makanan
basi, beracun, alergi terhadap makanan tertentu.
d.
Faktor psikologi
Rasa
takut dan cemas. Walaupun jarang, dapat menimbulkan diare terutama pada anak
yang lebih besar.
3.
Patogenesis dan Patofisiologi Diare
a.
Patogenesis dan patofisiologis diare pada anak
1).
Patogenesis diare pada anak
Menurut Sunoto (1980, h. 54), secara garis besar, patogenesis
diare pada anak dapat dibagi atas dua yaitu :
a).
Patogenesis diare akut
Diare akut ialah diare yang timbul pada anak yang sebelumnya
kelihatan sehat dan tidak terdapat tanda-tanda adanya malnutrition, panas dan
sebagainya.
Penyebab
diare akut ini adalah sebagai berikut :
(1). Infeksi
virus
Pada saat ini seluruh dunia telah percaya bahwa Rotavirus
sebagai penyebab utama diare pada anak, walaupun mekanisme terjadinya belum
banyak diketahui (Sunoto, 1980, h.55).
(2). Infeksi
bakteri
Beberapa jenis bakteri yang terkenal dapat menyebabkan diare
akut antara lain Vibrio sp. (Vibrio
cholere, V. parahaemolyticus), Salmonella sp., Shigella sp., E.Coli sp.,
dan bakteri-bakteri apathogen bila
jumlahnya berlebihan.
(3). Makanan
Makanan dapat pula menimbulkan diare pada anak. Hal ini dapat
terjadi misalnya karena :
(a).
Makanan basi
(b).
Makanan terlalu banyak lemak (Sunoto, 1980,h.56)
(c).
Makanan masih baru atau asing
(d).
Makanan beracun atau kecampuran racun
(e). Makanan mengandung bakteri-bakteri beracun, seperti Clostridium botulinum, Staphylococcus,
dan sebagainya.
Makanan–makanan diatas tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
dengan baik akan banyak tertinggal di dalam lumen usus, menyebabkan peninggian
tekanan osmotik, menyerap air dari intraseluler ke lumen usus dan akhirnya
menyebabkan osmotic diarrhoea.
Makanan yang berlimpah di usus oleh bakteri akan dicerna dan
dirubah mejadi bahan-bahan anorganik (H2O, H2, CO2,
asam laktat, dan sebagainya) sehingga terjadilah meteorismus dan fermented
diarhoea.
(4). Alergi
Alergi terhadap makanan dan susu dapat pula menimbulkan diare
pada anak. Alergi susu biasanya terhadap susu binatang (sapi, kambing), jarang
terjadi pada susu dari kacang kedeleai dan tidak pernah dijumpai pada air susu
ibu (ASI).
Alergi ini biasanya akan menghilang setelah anak berumur 2
tahun. Muntah dan berak merupakan gejala tersering. Hal ini disebabkan karena
adanya fraksi beta-lactoglobulin dari
pada susu, yang merupakan antigen untuk badan. Sebagai akibatnya sel epitel
mukosa usus akan mengadakan reaksi antigen antibodi, terjadi reaksi antigen
antibodi, timbul kerusakan sel epitel mukosa dan hiperperistaltik daripada usus sehingga terjadilah diare.
Diare akan berhenti bila pemberian susu dihentikan dan timbul
lagi bila susu tersebut diberikan kembali (Sunoto, 1980, h. 57).
b).
Patogenesis diare kronik
Patogenesis diare kronik lebih kompleks. Terdapat banyak
faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare kronik. Faktor-faktor tersebut
antara lain :
(1). Malnutrition
Akibat dari malnutrition
akan terjadi atropi dari pada
berbagai organ tubuh, antara lain mukosa lambung dan usus halus, hati dan
pankreas. Selain itu dapat juga terjadi gangguan imunologik. Akibatnya daya
tahan tubuh menurun dan mudah mendapat infeksi bakteri, parasit, jamur dan
sebagainya (Sunoto, 1980, h. 58).
(2). Prematuritas
Pada prematuritas (persalinan sebelum
waktunya) atau berat badan bayi waktu lahir rendah (< 2500 gram), semua
fungsi organ tubuhnya termasuk usus, hati dan pankreas belum sempurna.
(3). Sindroma
malabsorbsi
(4). Infeksi
parasit
Parasit
yang terkenal sering menimbulkan diare kronik ialah Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, Trichuris trichiura dan
Candidiasis (Sunoto, 1980, h. 58).
(5). Infeksi
bakteri
Bakteri
yang telah resisten terhadap berbagai macam antibiotika, dan bakteri-bakteri
yang tergolong komensal tetapi jumlahnya berlebihan dapat menyebabkan diare
kronik.
(6). Alergi
dan gangguan imunologi
Alergi
terhadap makanan tertentu, misalnya terhadap susu sapi sering menyebabkan diare
khronik selama pemberian susu diterapkan. Selain itu gangguan imunologik
daripada alat pencernaan, menyebabkan tubuh tak dapat mengatasi infeksi oleh
kuman, parasit dan jamur sehingga mudah terjadi gastroenteritis dan diare khronik.
(7). Etiologi
gabungan
Penyebab
diare khronik di Indonesia biasanya adalah multi kompleks, merupakan gabungan
antara malnutrition, infeksi bakteri, parasit, sindroma malabsorbsi dan
sebagainya. Jarang hanya disebabkan oleh satu faktor saja.
2).
Patofisiologi diare pada anak
Menurut Sunoto (1980, h, 59), sebagai akibat diare, baik yang
akut maupun kronik, maka akan terjadi :
a).
Kehilangan air dan elektrolik (dehidrasi) dengan akibat
terjadinya gangguan keseimbangan asam
basa.
(1). Concomittant
Water Losses (CWL).
Concomittant Water Losses (CWL) ialah
kehilangan air dan elektrolik melalui berak–berak dan muntah-muntah. Banyaknya
kehilangan air dan dan elektrolik karena muntah dan berak tergantung pada
banyaknya tinja yang keluar dan komposisi dari ada elektrolik dalam tinja
penderita dengan gastroenteritis dan cholera (Sunoto, 1980, h. 60).
(2). Previous
Water Losses (PML).
Previous Water Losses (PML) ialah jumlah
kehilangan air dan elektrolit (cummulative losses deficit) pada waktu masuk
rumah sakit dengan dehidrasi berat.
(3). Normal
Water Losses (NWL).
Normal Water Losses (NWL) ialah
kehilangan air dan elektrolit melalui pernafasan, keringat dan urine. Panas
yang tinggi dan pernafasan yang cepat akan memperbanyak kehilangan air dan
elektrolik terutama Natrium.
(4). Intake
yang kurang.
Pada
panyakit gastroenteritis dan cholera
yang disertai dengan muntah-muntah, secara praktis intake per os tidak dapat diberikan lebih-lebih ditambah dengan kebiasaan
dari pada orang tua yang takut memberikan minum pada anaknya yang menderita
berak-berak atau muntah-muntah, karena beranggapan hanya akan menambah beratnya
berak dan muntah saja (Sunoto, 1980, h.61).
b).
Gangguan gizi
sebagai akibat kelaparan (intake kurang atau kelaparan)
Gangguan
gizi terjadi sebagai akibat berak-berak dan atau muntah-muntah, ditambah dengan
anorexia dan dihentikannya pemberian makan per
os. Seandainya makanan tetap diberikan kepada penderita, makanan ini
biasanya tidak akan diabsorbsi dengan baik karena adanya gangguan fungsi usus
dan adanya kerusakan mukosa usus, bahkan pemberian makanan, terutama susu hanya
akan memperberat diarenya (Sunoto, 1980, h. 6 1).
c).
Hipoglikemi.
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari pada
anak-anak yang penderita diare baik oleh karena cholera maupun non cholera.
Lebih sering terjadi pada penderita yang sebelumnya telah menderita
malnutrition (Sunoto, 1980, h. 62)
d).
Gangguan sirkulasi darah
Sebagai akibat berak-berak dan atau muntah-muntah badan akan
kehilangan cairan dalam waktu yang singkat. Bila kehilangan cairan ini lebih
daripada 10 % berat badannya, akan terjadi gangguan sirkulasi penderita dapat
berada dalam keadaan pre-shock atau shock.
b.
Patogenesis dan patofisiologis diare pada dewasa
1).
Patogenesis diare pada dewasa
Menurut Nelwan dan Soemarsono (1980, h. 70), patogenesis
diare tergantung sepenuhnya pada kausa diare. Pada hakekatnya mekanisme
terjadinya diare dapat bertitik tolak dari aneka ragam penyebabnya sehingga
patogenesis diare dengan sendirinya beraneka ragam pula.
Pengelompokkan
penyebab diare pada orang dewasa adalah sebagai berikut :
a).
Patogenesis diare pada infeksi traktus intestin.
Faktor-faktor yang mempengaruhi patogenesis yang terdapat
pada mikroorganisme antara lain daya penetrasi yang berarti merupakan sel-sel
mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus
halus serta daya lekat kuman dimana kuman tersebut dapat membentuk
koloni-koloni yang dalam beberapa hal perlu untuk induksi diare.
Infeksi bakteri dalam keadaan patologis yang disebabkan diare
dapat dibagi dalam dua jenis. Pada jenis pertama tidak terjadi kerusakan atau
peradangan pada selaput usus sedangkan pada jenis kedua disertai penyerangan,
peradangan dan kerusakan mukosa usus. Contoh klasik untuk jenis infeksi yang
pertama adalah Cholera eltor (Nelwan
dan Soemarsono, 1980, h. 71).
b).
Patogenesis pada kelainan metabolik endokrin
Suatu keadaan klinik yang bernaung dibawa kelainan enteropati
diabetika didapatkan pada penderita diabetes yang sudah berlangsung lama.
Syaraf-syaraf otonom viselar
mengalami proses demyeliminasi dan
bila diabetes berlangsung lama dan tidak terkontrol dengan baik kerusakan dapat
menjalar ke akson bila akson rusak maka neoropati menjadi irreversibel.
Disfungsi saraf otonom menyebabkan peristaltik
usus tidak teratur atau menurun dan retensi makanan memudahkan timbulnya
infeksi sekunder yang dapat menyebabkan diare. Diare biasa terjadi intermittion pada malam hari dapat
mencapai 10 – 20 kali sehari (Nelwan dan
Soemarsono, 1980, h. 73).
c).
Patogenesis pada diare Iatrogen.
Penggunaan dan penyalahgunaan obat-obatan merupakan sebab
utama dari diare iatrogen. Ion-ion
anorganik yang hampir tidak diabsorbsi misalnya magnesium akan dapat menahan
air di dalam lumen dan menyebabkan apa yang di kenal dengan diare osmotik.
Obat-obatan yang sering digunakan sehari-hari dan dapat menyebabkan diare
sebagai efek sampingan seperti PAS, Digitalis dan Reserpin, disangka disebabkan
karena defisiensi disakharidose (Nelwan dan Soemarsono, 1980, h. 73).
d).
Patogenesis diare pada Neoplasma
Kholera pankreas atau sindroma WDHA ditandai oleh diare yang
hebat (dapat mencapai 5 liter/hari). Diare ini tenyata berhubungan erat dengan hormon
Vasoaktif Intestinal Peptida (VIP) yang merupakan suatu vasodilatator yang
potensial dan dapat menyebabkan secara intraluminal yang berlebihan sehingga
dapat mengakibatkan suatu sindroma diare.
e).
Patogenesis diare pada Radiasi
Radiasi di daerah abdominal dapat memberikan efek-efek
terhadap traktus intestin yang dapat memegang peranan dalam terjadinya diare
(Nelwan dan Soemarsono, 1980, h. 74).
f).
Sequale Postoperasi
Gastrektomi, vagotomi,
pyloroplastik dan operasi lainnya dari traktus
intestin merupakan keadaan dimana dapat terjadi gangguan diare. Faktor lain
yang mungkin memegang peranan besar dalam diare post operasi adalah cepat lajunya gerakan bolus makanan dalam traktus intestin (Nelwan dan Soemarsono,
1980, h. 74).
g).
Patogenesis diare pada kelainan kardiovaskuler
Pada setiap kelainan jantung yang menyebabkan dekompensasi
dimana terdapat bendungan aliran darah retrograd, juga akan menyebabkan edema
dinding saluran intestin. Di lain pihak, suatu ischemia terutama di usus besar dapat menyebabkan diare yang
tiba-tiba. Nekrosis pada bagian tertentu dari kolon dapat menyebabkan diare
campur darah hitam kental (Nelwan dan Soemarsono, 1980, h. 75).
h).
Patogenesis diare pada kelainan Immnologis
Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan diare antara lain
diduga berhubungan erat dengan suatu kelainan immunologik (Nelwan dan
Soemarsono, 1980, h. 75).
i).
Patogenesis pada diare Psikoneorogen
Diare berdasarkan pada kelainan psikogen baru dapat ditemukan
setelah semua penyakit-penyakit yang lain dapat disingkirkan. Kejadian yang
menyebabkan ketegangan atau gangguan emosi dalam hal ini merangsang secara
berlebihan pusat-pusat parasimpatis di hipotalamus, yang mengakibatkan
frekwensi otot-otot polos saluran intestin lebih cepat. Waktu lintas khim lebih
cepat sehingga dapat terjadi diare.
2).
Patofisiologi diare pada orang dewasa
Menurut Nelwan dan Soemarsono (1980, h. 76), dalam keadaan
normal dimana saluran pencernaan berfungsi efektif akan menghasilkan ampas
tinja berbentuk lunak sebanyak 100-200 gram sehari, dan 60-85 % dari tinja
tersebut merupakan air.
Berdasarkan
fungsi fisiologis traktus intestin yang terganggu dan sebagai supplemen
terhadap pembagian diare menurut kausanya, maka patofisiologi diare dapat
dibagi menjadi tiga macam kelainan pokok yaitu :
a).
Kelainan tekanan osmotik dalam lumen usus
b).
Kelainan dalam pergerakan elektrolit dan air
c).
Kelainan pada cepat laju bulus makanan di dalam lumen
usus
c.
Pencegahan penyakit diare
Menurut Sukarni (1994), pencegahan diare dapat dilakukan
dengan menjaga kebersihan lingkungan yaitu air, saluran pembuangan, pembuangan
kotoran dan perilaku hidup bersih dan sehat, menyediakan paket oralit yang
mengandung 3,5 gram NaCL (garam dapur), 2,5 gram NaHCO3 dan 1,5 gram
KCL serta glukosa 20 gram dilaritkan dalam 1 liter air matang atau teh.
Cara
membuat larutan gula garam :
a).
Sediakan satu gelas air hangat yang sudah mendidih.
b).
Masukkan satu sendok teh gula pasir
c).
Masukkan sepucuk sendok garam dapur
d). Aduklah
baik-baik sampai larut
e).
Larutan gula garam (LGG) siap untuk diberikan.
Secepatnya dibawah ke Rumah Sakit atau Puskesmas, lebih-lebih
apabila timbul gejalah sebagai berikut :
a).
Tidak dapat atau tidak mau minum
b).
Muntah terus menerus
c).
Tidak kencing selama 6 jam
d).
Buang air terus menerus
e).
Tinja bercampur darah
f).
Menceret terus lebih dari 2 hari
4.
Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Insiden Diare
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor sebagai
berikut :
a.
Faktor infeksi
Terbagi
menjadi infeksi internal yang terjadi pada saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama terjadinya diare pada anak yang meliputi infeksi
internal seperti : infeksi bakteri
(vibrio, E. coli, salmonella, shigella, campilobacter, yersinia, aeromonas)
infeksi virus (enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus), infeksi parasit
(cacing, protozoa, jamur).
b.
Faktor malabsorbsi
Antara
lain malabsorbsi karbohidrat, lemak, protein.
c.
Faktor gizi
Makin
buruk gizi seorang anak, ternyata makin banyak episode diare yang dialaminya.
Seseorang anak dengan gizi yang baik pertahanan tubuhnya terhadap penyakit
semakin kuat.
Pada
penderita kurang gizi, diare memperburuk keadaan karena makanan hilang dari
tubuh saat diare dan penderita diare biasanya tidak merasa lapar. Hal tersebut
dapat memperburuk penderita yang sudah kurang gizi.
d.
Faktor makanan
Dapat
disebabkan karena makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
(Ngastiyah, 1997,h.144).
e.
Lingkungan
Diare
dapat disebabkan oleh kurangnya kebersihan lingkungan yang menyangkut sarana
penyediaan bersih, JAGA, sampah dan SPAL (Pranjoto, 1979, h. 146). Salah satu
usaha pemerintah dalam mencegah penyakit diare adalah dengan melakukan perbaika
hygiene lingkungan melalui program SAMIJAGA (Sarana Air Minum dan Jamban
Keluarga) (Tumbelaka, 1979, h. 39).
f.
Perilaku
Perilaku
kesehatan atau Health Behavior adalah
perilaku manusia yang akan mempengaruhi status kesehatan baik perseorangan
maupun masyarakat. Jika masyarakat menerapkan kebiasaan hidup sehat terutama
kebiasaan hidup bersih baik kebersihan pribadi maupun kebersihan lingkungan,
maka penyakit diare dapat dicegah (Pranjoto, 1979, h. 146).
g.
Sosial ekonomi
Hal ini
mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor-faktor penyebab diare. Kebanyakan anak yang menderita diare
berasal dari keluarga besar. Oleh karena itu, salah satu usaha pencegahan
penyakit diare di Indonesia adalah perbaikan di bidang sosial-ekonomi
(Tumbelaka, 1979, h. 37).
Menurut Tumbelaka (2002, h. 37), faktor pencetus penyakit
diare adalah sebagai berikut:
1).
Penyakit infeksi enternal dan parenteral
2).
Hygiene lingkungan dan perseorangan yang masih kurang
3).
Frekuensi malabosrbsi yang tinggi
4).
Pendidikan rakyat yang kurang
5).
Iklim yang panas dan lembab
6).
Jumlah anggota keluarga yang besar.
B. Hubungan Gizi dengan Kesehatan
Defiensi gizi seringkali dihubungkan dengan infeksi. Infeksi
bisa berhubungan dengan gangguan gizi melalui beberapa cara yaitu mempengaruhi
nafsu makan, dapat juga menyebabkan kehilangan bahan makanan karena diare /
muntah-muntah atau mempengaruhi metabolisme makanan. Defiensi gizi merupakan
awal dari gangguan sistem kekebalan. Gizi kurang dan infeksi dapat bermula dari
kemiskinan dan kondisi lingkungan yang tidak sehat atau sanitasi lingkungan
yang buruk Infeksi akan menghambat reaksi imunologis yang normal dengan
menghabiskan sumber-sumber energi di tubuh (Santoso dan Ranti, 1999, h. 82).
Gizi kurang akan menghambat reaksi imunologis dan berhubungan
dengan tingginya prevalensi dan beratnya penyakit infeksi. Infeksi sendiri
mengakibatkan si penderita kehilangan bahan makanan melalui muntah-muntah dan
diare. Selain itu juga penghancuran jaringan tubuh akan meningkat, karena
dipakai untuk pembentukan protein atau enzim-enzim yang diperlukan dalam usaha
pertahanan tubuh (Santoso dan Ranti, 1999, h. 83).
Gangguan gizi dan infeksi sering saling bekerjasama. Infeksi
memperburuk taraf gizi dan sebaliknya gangguan gizi memperburuk kemampuan anak untuk
mengatasi penyakit infeksi. Kuman-kuman yang kurang berbahaya bagi anak-anak
dengan gizi baik, bisa menyebabkan pada anak-anak dengan gizi buruk. Salah satu
hal yang sering dialami oleh anak adalah diare. Diare merupakan gejala penyakit
yang penting dan berbahaya karena dapat menyebabkan kematian pada anak kecil
terutama bila penderita kurang gizi. Pada anak-anak, penurunan taraf gizi
selain disebabkan karena kebiasaan menghentikan makanan sewaktu sakit diare
atau karena tidak ada nafsu makan sewaktu sakit dan gangguan absorbsi makanan
selama diare (Santoso dan Ranti, 1999, h. 84).
C. Sarana Kesehatan Lingkungan
1. Sarana
Air bersih
Sarana
air bersih khususnya sumur gali yang digunakan harus memenuhi persyaratan
kesehatan terutama dari segi konstruksinya. Jika konstruksi fisik sumur gali
tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan maka akan sangat mempengaruhi kualitas
air sumur gali tersebut. Apabila kualitas air sumur gali tersebut tidak
memenuhi syarat terutama syarat bakteriologi, maka akan menimbulkan gangguan pada sistem pencernaan.
Menurut
Sugiarto (1985,h.4), untuk menjaga agar penyakit, baik yang disebabkan oleh
benda yang berada di dalam air maupun zat-zat lain yang ada di dalam air maka
kita perlu mengetahui persyaratan air yang sehat ditinjau dari segi kesehatan.
Pada
umumnya air baik air bersih maupun air minum dikatakan telah memenuhi syarat
apabila telah memenuhi syarat utama yaitu :
a.
Syarat kuantitatif
Syarat
kuantitatif artinya bahwa air tersebut telah mencukupi sesuai dengan kebutuhan
sehari-hari dalam hal ini banyaknya air ditentukan / sejalan dengan tingkat
kehidupan dari masyarakat tersebut.
b.
Syarat kualitatif
Syarat
kualitatif artinya selain jumlah yang cukup maka dari segi kualitas juga perlu
dipertimbangkan yaitu yang meliputi :
1).
Syarat fisik
Syarat
fisik dari air adalah tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
2).
Syarat Kimia
Syarat
kimia dari air adalah tidak terdapat zat-zat beracun, tidak terdapat zat-zat
yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, tidak mengandung zat-zat yang
melebihi kadar tertentu sehingga menimbulkan gangguan teknis dan tidak boleh
mengandung zat kimia tertentu sehingga menimbulkan gangguan ekonomis.
3).
Syarat Bakteriologi
Syarat
bakteriologi dari air adalah tidak boleh mengandung kuman pathogen penyebab
penyakit terutama dari golongan Coli (E. Coli dan Total Coliform).
Menurut
Indan Entjang (2000, h. 78) sebuah sumur gali yang bauk harus memenuhi syarat-syarat
:
a.
Syarat lokalisasi
1)
Jarak sumur dengan kakus, lubang sampah, lubang
peresapan air limbah dan sumber-sumber pengotoran lainnya tidak kurang dari 10
meter.
2)
Tidak dibuat di tanah rendah yang mungkin terendam bila
banjir (hujan).
b.
Syarat konstruksi
1)
Dinding sumur 3 meter dalamnya dari permukaan tanah
dibuat kedap air (disemen) agar tidak terjadi perembesan air karena tanah
mengandung bakteri (bakteri hanya dapat hidup di lapisan tanah sampai 3 meter
di bawah tanah).
2)
1,5 meter dinding berikutnya (sbelah bawahnya) di buat
dari bata yang tidak ditembok untuk bidang perembesan dan agar bila ditimbah
dinding sumur tidak runtuh.
3)
Di atas tanah dibuat dinding tembok yang kedap air,
setinggi minimal 70 cm untuk mencegah pengotoran dari air permukaan.
4)
Lantai sumur di buat dari bahan kedap air (disemen) ±
1,5 meter lebarnya dari dinding sumur, dibuat miring dengan ketinggian 20 cm di
atas permukaan tanah dan bentuknya bulat atau segi empat.
5)
Dasar sumur diberi kerikil agar airnya tidak keruh bila
ditimbah.
6)
Saluran pembuangan air limbah dari sekitar sumur dibuat
dari tembok yang kedap air dan panjangnya minimal 10 meter.
2. Jamban
Setiap
rumah khususnya untuk satu kepala keluarga harus memiliki satu jamban. Ada
tidaknya jamban akan sangat mempengaruhi tingginya angka kesakitan diare, karena apabila sebuah rumah tidak
memiliki jamban maka lokasi yang digunakan sebagai tempat untuk membuang air
besar dan air kecil adalah halaman di sekitar rumah. Jika tempat membuang
kotoran tersebut dekat dengan sumber air minum yang ada, maka tentu saja akan
mengkontaminasi air, sehingga menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan
(diare) pada masyarakat yang mengkonsumsi air tersebut. Dan juga apabila tinja
tersebut dihinggapi lalat yang terkontaminasi oleh kuman penyebab penyakit
diare kemudian hinggap pada makanan maka tentu saja akan menyebabkan diare pada
masyarakat yang mengkonsumsi makanan tersebut.
Menurut
Notoatmodjo (1997, h. 160), sebuah jamban disebut sehat apabila memenuhi
persyaratan-persyaratn sebagai berikut sebagai berikut :
a.
Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban
tersebut.
b.
Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya
c.
Tidak mengotori air tanah di sekitarnya
d.
Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan
kecoak
e.
Tidak menimbulkan bau
f.
Mudah digunakan dan dipelihara
g.
Sederhana desainnya
h.
Murah
i.
Dapat diterima oleh pemakainya.
Agar
persyaratan-persyaratan diatas dapat terpenuhi, maka untuk sebuah bangunan
jamban harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu antara lain :
a.
Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan
jamban terlindung dari panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang lain,
terlindung dari pandangan orang, dan sebagainya.
b.
Bangunan jamban sebaikya mempunyai lantai yang kuat,
tempat berpijak yang kuat dan sebagainya
c.
Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi
yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau, dan sebagainya
d.
Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air
atau kertas pembersih.
Selain persyaratan diatas,
sebuah jamban harus memenuhi persyaratan minimal yaitu :
a.
Letak lubang jamban minimal 10 meter dari sumber air.
b.
Tidak menjadi sarang serangga seperti nyamuk, kecoa dan
lalat.
c.
Jamban plengsengan dan cemplung harus dilengkapi dengan
penutup lubang jamban.
d.
Cukup lubang angin (ventilasi)
e.
Cukup terang
f.
Selalu dibersihkan agar tidak menimbulkan bau yang
tidak sedap (Depkes RI, 1987, h. 35).
3. Saluran
Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Saluran
Pembuangan Air Limbah adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang air
buangan dari kamar mandi, tempat cuci, dapur tetapi bukan dari kakus atau
jamban.
Apabila
keadaan SPAL tidak memenuhi syarat, maka akan mengkontaminasi sumber air yang
ada dan makanan sehingga menyebabkan gangguan kesehatan terutama gangguan pada
sistem pencernaan (diare) bagi masyarakat yang mengkonsumsi air dan makanan
tersebut.
Menurut
Notoatmodjo (2003), air limbah jika
tidak diolah akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan baik bagi masyarakat
maupun lingkungan hidup, anatara lain :
a.
Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai
penyakit, terutama ; Diare, Kholera, Typhus abdominalis dan Disentri baciler.
b.
Menjadi media berkembangbiaknya mikroorganisme
pathogen.
c.
Menjadi tempat-tempat berkembangbiaknya nyamuk atau
tempat hidup larva nyamuk.
d.
Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang
tidak sedap.
e.
Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah dan
lingkungan hidup lainnya.
f.
Mengurangi produktifitas manusia, karena orang bekerja
dengan tidak nyaman, dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2003, h. 172).
Untuk
mencegah atau mengurangi akibat-akibat buruk tersebut diatas maka, sebuah
sarana pembuangan air limbah harus memenuhi syarat-syarat kesehatan sebagai
berikut :
a.
Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber air
minum.
b.
Tidak mengakibatkan pencemaran terhadap permukaan
tanah.
c.
Tidak menyebabkan pencemaran pada air untuk mandi,
perikanan, air sungai, atau tempat-tempat rekreasi.
d.
Tidak dapat dihinggapi serangga dan tikus dan tidak
menjadi tempat berkembangbiaknya berbagai bibit penyakit dan vektor.
e.
Tidak terbuka kena udara luar (jika tidak diolah)serta
tidak dapat di capai oleh anak-anak.
f.
Baunya tidak mengganggu (Notoatmodjo, 2003, h. 172)
g.
Harus ditutup agar tidak menimbulkan kecelakaan
h.
Tidak mengganggu pemandangan (Depkes RI, 1987, h. 45)
i.
Memiliki kemiringan minimal 2 % ke arah bak peresapan
j.
Saluran pembuangan air limbah harus kedap air
k.
Harus ada bak peresapan baik permanen maupun non permanen yang memiliki penutup
l.
Jarak bak peresapan air limbah dengan sarana air bersih
yang ada minimal 10 meter.
D. Perilaku
Perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) merupakan salah satu kebiasaan hidup yang berkaitan erat
dengan higiene seseorang karena dapat menjadi salah satu bagian penting dalam
penularan penyakit terutama penyakit diare. Jika masyarakat dapat mengubah
beberapa kebiasaan tertentu seperti : mencuci tangan dengan sabun setiap
selesai buang air besar dan sebelum
makan pasti diare dapat dicegah penularannya.
Menurut Notoatmodjo (1997,
h, 120), perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan
lingkungan.
Dari batasan ini,
perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu sebagai
berikut :
1. Perilaku
pemeliharaan kesehatan
Perilaku
pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk
memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan
bilamana sakit.
2. Perilaku
pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan
Perilaku
ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati
sendiri sampai mencari pengobatan keluar negeri (Notoatmodjo, 2003, h. 118).
3. Perilaku
kesehatan lingkungan
Perilaku
kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan
tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana
seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya
sendiri, keluarga, atau masyarakatnya. Misalnya bagaimana mengelola pembuangan
tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2003, h. 118).
Dalam pendidikan
kesehatan mengenali hal apa saja yang menjadi penyebab, cara penyelesaian atau
pencegahan timbulnya suatu masalah atau penyakit dan cara pengobatannya seperti
penyakit diare sangatlah penting.
Penyakit diare merupakan
salah satu penyakit umum dari banyak penyakit yang diakibatkan oleh sanitasi
lingkungan dan perilaku yang buruk dari masyarakat. Keadaan ini dapat menjadi
gawat kalau yang terkena balita karena daya tahan tubuh balita masih belum
kuat.
Tindakan-tindakan yang
dapat dilakukan untuk mencegah diare adalah sebagai berikut :
a. Menutup
makanan dengan tudung saji, agar lalat tidak hinggap di makanan.
b. Mencuci
tangan dengan sabun setelah Buang Air Besar (BAB), untuk mematikan kuman
penyebab diare yang mengkontaminasi tangan.
c. Mencuci
tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan, menghidangkan dan makan, agar
kuman yang mengontaminasi tangan mati sehingga tidak terikut pada makanan.
d. Menggunakan
sumber air bersih untuk mencuci dan mengolah makanan, agar kuman penyebab diare
yang ada pada air tidak mengkontaminasi makanan.
e. Merebus
air sampai mendidih untuk diminum, untuk mematikan kuman penyebab diare yang
ada di dalam air.
f. Mencuci
bahan makanan dengan air bersih, agar kuman penyebab diare yang ada di dalam
air tidak mengkontaminasi makanan..
g. Pemeliharaan
sumber air minum, agar tidak terkontaminasi oleh kuman penyebab diare.
h. Memberikan
ASI, untuk pertahanan tubuh anak terhadap penyakit dan karena ASI bersih serta
terlindung bila dibandingkan dengan susu buatan pabrik.
i.
Membuang tinja di jamban, agar tidak mengkontaminasi
sumber air minum yang ada dan tidak dihinggapi lalat (Depkes RI, 2001, h. 7).
Menurut Mansjoer, dkk
(2000, h.472 ) tiga cara dasar terapi diare di rumah adalah sebagai berikut :
a. Berikan
anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah diare
1).
Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti
cairan oralit yang mengandung 3,5 gram NaCL (garam dapur), 2,5 gram NaHCO3
dan 1,5 gram KCL serta glukosa 20 gram dilarutkan dalam 1 liter air matang atau
teh. Atau secara praktis dicampurkan gula 1 sendok teh (± 5 gram) dan sedikit garam
(±
1 gram) dan air matang 1 gelas.
Cara membuat larutan gula garam :
a).
Sediakan satu gelas air hangat yang sudah mendidih.
b).
Masukkan satu sendok teh gula pasir
c).
Masukkan sepucuk sendok garam dapur
d).
Aduklah baik-baik sampai larut
e).
Larutan gula garam (LGG) siap untuk diberikan.
Selain
itu dapat diberikan makanan cair (sup,
minuman youghurt) atau air matang.
2).
Berikan larutan ini sebanyak anak mau.
3).
Teruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti.
b. Beri
anak makanan untuk mencegah kurang gizi
1).
Teruskan ASI atau susu yang biasa diberikan
2).
Untuk anak < 6 bulan dan belum mendapat makanan
padat dapat diberikan susu yang dicairkan dengan air sebanding selama 2 hari
(Mansjoer, 2000, h. 472).
3).
Bila anak > 6 bulan atau telah mendapat makanan
padat :
a).
Berikan bubur atau campuran tepung lainnya, bila
mungkin dicampur dengan kacang-kacangan, sayur, daging atau ikan, tambahkan 1
atau 2 sendok the minyak sayur tiap porsi.
b).
Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk
menambah kalium
c).
Berikan makanan yang segar, masak dan haluskan atau
tumbuk dengan baik
d).
Dorong anak untuk makan, berikan makanan sedikitnya 6
kali sehari.
e).
Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti dan
berikan makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu.
c. Bawa
anak kepada petugas bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita sebagai
berikut :
1).
Seringkali buang air besar cair
2).
Muntah berulang-ulang
3).
Sangat haus sekali
4).
Makan atau minum sedikit
5).
Demam
6).
Tinja berdarah (Mansjoer, dkk, 2000, h. 473)
Arikunto, Suharsimi, 1997,
Prosedur Penelitian,
Jakarta : Penerbit Rineka Cipta
Brotowasisto, 1979, Diare,
Jakarta : Dirjen P3M, Depkes RI
……, 1997, Monitoring
Dan Evaluasi Perubahan Perilaku Dan Kualitas Air, Kupang : Dinkes Kota
Kupang
……., 1999, Petunjuk
Pelaksanaan Proyek Pemeberantasan Penyakit Menular, Peningkatan Kesehatan
Lingkungan dan Pemukiman, Penyediaan dan Pengawasan Air Bersih, Jakarta
: Dirjen P2M & PLP
........, 2001, Tatalaksana
Kasus Diare Bermasalah, Jakarta ; Dirjen P2M & PLP
Depkes RI, 1990, Pendidikan
Kesehatan Masyarakat, Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
................, 2001, Panduan Konseling Bagi Petugas Klinik Sanitasi Di Puskesmas,
, Jakarta : Dirjen P2M & PLP
Mansjoer, dkk, 2000, Kapita
Selekta Kedokteran, Jakarta : Fakultas Kedokteran UI
Markum, A. H, 1991,
Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta
: Fakultas Kedokteran UI
Mukono, H. J, 2002, Epidemiologi
Lingkungan, Surabaya : Airlangga University Press
Ngastiyah, 1997, Perawatan
Anak Sakit, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran UI
Notoatmodjo, Soekidjo, 1997, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta : Penerbit Rineka Cipta
....................................., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan,
Jakarta : Penerbit Rineka Cipta
...................................., 2003, Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan,
Jakarta : Penerbit Rineka Cipta
Rusepno, 2002, Ilmu
Kesehatan Anak, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran UI
Santoso, Soegeng dan Anne Ranti 1999, Kesehatan dan Gizi, Jakarta : Rineka Cipta
Sugiharto, 1995, Penyediaan
Air Bersih Bagi Masyarakat, Tanjung Karang : SPPH
Sukarni, Mariyati, 1994, Kesehatan Keluarga & Lingkungan, Yogyakarta : Kanisius
Ada Obat Herbal Alami yang aman & efektif. Untuk Panggilan Cure Total +2349010754824, atau email dia drrealakhigbe@gmail.com Untuk Janji dengan (Dr.) AKHIGBE hubungi dia. Pengobatan dengan Obat Herbal Alami. Untuk: Demam Berdarah, Malaria. Menstruasi yang Nyeri atau Tidak Teratur. HIV / Aids. Penderita diabetes. Infeksi vagina. Keputihan Vagina. Gatal Dari Bagian Pribadi. Infeksi payudara. Debit dari Payudara. Nyeri & Gatal pada Payudara. Nyeri perut bagian bawah. Tidak Ada Periode atau Periode Tiba-tiba Berhenti. Masalah Seksual Wanita. Penyakit Kronis Tekanan Darah Tinggi. Rasa sakit saat berhubungan seks di dalam Pelvis. Nyeri saat buang air kecil. Penyakit Radang Panggul, (PID). Menetes Sperma dari Vagina Serta Untuk jumlah sperma rendah. Penyakit Parkinson. Lupus. Kanker. TBC Jumlah sperma nol. Bakteri Diare.Herpatitis A&B, Rabies. Asma. Ejakulasi cepat. Batu empedu, Ejakulasi Dini. Herpes. Nyeri sendi. Pukulan. Ereksi yang lemah. Erysipelas, Tiroid, Debit dari Penis. HPV. Hepatitis A dan B. STD. Staphylococcus + Gonorrhea + Sifilis. Penyakit jantung. Pile-Hemorrhoid. Rematik, tiroid, Autisme, pembesaran Penis, Pinggang & Nyeri Punggung. Infertilitas Pria dan Infertilitas Wanita. Dll. Ambil Tindakan Sekarang. hubungi dia & Pesan untuk Pengobatan Herbal Alami Anda: +2349010754824 dan kirimkan email ke drrealakhigbe@gmail.com Catatan Untuk Pengangkatan dengan (Dr.) AKHIGBE. Saya menderita kanker selama setahun dan tiga bulan meninggal karena sakit dan penuh patah hati. Suatu hari saya mencari melalui internet dan saya menemukan kesaksian penyembuhan herpes oleh dokter Akhigbe. Jadi saya menghubungi dia untuk mencoba keberuntungan saya, kami berbicara dan dia mengirimi saya obat melalui jasa kurir dan dengan instruksi tentang cara meminumnya. . Saya tidak benar-benar tahu bagaimana itu terjadi tetapi ada kekuatan dalam pengobatan herbal Dr Akhigbe. Dia adalah dokter jamu yang baik.
BalasHapus